Wednesday, September 14, 2016

Kisah Cinta Dengan Istri Tetangga


Kisah Cintaku Dengan Istri Tetangga 


Agent Judi Terpercaya -- Kejadian ini sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, Ketika aku baru beberapa bulan pindah ke sebuah perumahan yang masih sepi dari penghuni.

Jika malam itu adalah malam sial bagiku, mungkin benar. pasalnya siangnya Meiti istriku berangkat ke semarang dijemput mas Marwo kakak lelakinya, untuk menghadiri pernikahan sepupu mereka, sedangkan aku memang gak ikut karena gak mungkin aku meninggalkan tugas kantor yang memang sedang banyak pekerjaannya karena memasuki akhir tahun ini. Yang pertama malam ini aku bakal kesepian di rumah, yang kedua baru tadi pagi menstruasi Meiti istriku berhenti, seharusnya malam ini aku dapat jatah setelah selama hampir seminggu ini kejantananku tidak dimainkan lagi oleh istriku.

Jangan Lupa Untuk Mampir Ke TaipanQQ

Makanya sepulang kantor aku mampir ke Glodok tempat yang memang sehari-hari aku lewati. Aku pun singgah sebentar untuk membeli beberapa BF (Blue Film). Pikirku lumayan untuk menghabiskan week end ini. Menjelang memasuki gerbang perumahan yang masih sepi dari penghuni ini, hampir aku mengumpat keras, ketika ingat kalao DVD playerku masih berada di tukang service yang seharusnya sudah bisa diambil beberapa hari yang lalu dan sekarang, gila aja kalau aku harus putar balik menembus kemacetan Jakarta hanya untuk mengambil benda itu. Aaaah. aku ingat dengan Mas Jemblunk satu-satunya tetangga terdekatku yang rumahnya bersebelahan dengan rumahku, aku berpikir untuk melakukan pinjaman DVD dengan dia. kembali aku bisa bernafas lega.

Setelah selesai mandi, tanpa ditunda lagi langsung aku berkunjung  ke rumah sebelah, aku sempat merasa heran heran, gak biasanya masih jam 20.30 ruang tamunya sudah gelap, padahal mobil Avanza hitam milik Mas Jemblunk ada di rumah, berarti Mas Jemblunk ada dirumah, simpulku sederhana.

“Mas Jemblunk, maaas.” panggilku dari luar pagar, sesekali kuketok-ketokkan gembok ke pagar besi, sehingga terdengar suara besi beradu nyaring. Agak lama kulihat lampu ruang tamu menyala, tapi pintu tidak segera dibuka, kulihat tirai sedikit tersingkap dan ada yang mengintip dari dalam, tumben pake diintip segala. Biasanya mas Jemblunk langsung buka pintu.

“Eeeiii.  Aryoooo, sorry ya, ayo masuk pagar ga dikunci kan ?” seru suara wanita yang sangat aku kenal, Mba Emily istri mas Jemblunk keluar dari pintu dengan pakaian tidurnya dilapisi sweater.

“Lho mas Jemblunk mana mbak, sudah tidur ? waduu jadi ngganggu neeh ?” kataku agak kikuk ketika aku sudah duduk di ruang tamu itu mas Jemblunk ga muncul.

“Mas Jemblunk sedang melakukan tugas di Medan Aryo, eh mau minum apa nih ?” Mba Emily wanita berwajah cantik ini menawarkan minum yang membuatku semakin merasa jengah untuk duduk berlama-lama disitu, pasalnya Mba Emily dengan pakaian tidur yang tipis memperlihatkan bayangan celana G-String putihnya. Aku yakin bagian atas jika tak tertutup sweater akan membayang BH- nya, atau mungkin engga pake sama sekali, yang aku tahu Mba Emily  mempunyai  buah dadanya sangat montok. Sebenarnya antara aku dan Mba Emily sudah akrab sekali, bahkan kalo bercanda kadang-kadang agak seronok. tapi itu justru jika ada di depan Mas Jemblunk atau ada Meiti istriku. ketika berdua begini aku jadi kaya mati angin, sementara Mba Emily masih bersikap wajar.

“Waah, ga usah repot-repot mba, aku hanya mau pinjem DVD player aja kalo bisa.” kataku dengan agak sungkan.

“Ada kok yo, bentar aku lepasin kabel-kabelnya yah, sendirian di rumah, mau nonton film jorok ya ?” Tebak Mba Emily yang tengah berlutut di lantai mencabuti kabel DVD player yang berada dibawah kolong membelakangiku sehingga pantatnya yang montok itu ngepress di baju tidurnya yang tipis dengan celana G-String, terlihat pantat montok itu bagaikan tanpa celana, mau ga mau kejantananku yang sudah seminggu ga ketemu musuhnya merespon positif, mulai menggeliat bangun.

“Waaah, eeehhh, anuu, buat nonton video pengantin temen yang baru diedit kok mba” jawabku yang sempat merasa kebingungan.

“Alllaaaaaa, ga usah ngelesslaaah, iya juga gapapa, udah gede ini, haahaaa” potong Mba Emily sambil meletakkan DVD player tersebut diatas meja, dengan posisi sedikit menunduk ini mataku menangkap dua gundukan montok putih mulus tanpa lapisan dari sela-sela sweaternya di dalam daster yang memang berleher rendah dan Mba Emily seolah ga merasa akan hal itu

Jangan Lupa Untuk Mampir Ke TaipanQQ

“Hahaa, Mba Emily asal nuduh aja nih,  nonton bokep sendirian mah gak  seru kali mba, kalo ditemenin Mba Emily baru seruuu, nonton bokepnya.” jawabku mulai mengikuti gaya sembarangannya mbak Emily.

“Heeee ? bener ya Aryo ? seumur-umur mba belum pernah nonton bokep, soalnya Mas Jemblunk gak pernah ngasih, kamu ada kan filemnya ?” cerocos Mba Emily tanpa bisa kujawab dan sebelum aku bisa jawab.

“Ya udah sana kamu duluan aku ngunciin pintu sama matiin lampu dulu.” Tanpa menunggu jawabanku ibu muda dengan body mulus ini langsung saja sudah menghilang ke belakang, meninggalkan aku di ruang tamu sendirian.

Dengan gontai aku melangkah pulang sambil nenteng DVD player milik Mba Emily, pikiranku menjadi kacau, karena Mba Emily kepengen ikut nonton bokep sama aku. Sampai dirumah sambil masangin kabel-kabel ke monitor aku bingung sendiri, aku bakal mati gaya, nonton bokep berduaan dengan istri orang. Lain semasa bujangan dulu, kalo nonton bokep justru cari pendamping yang bisa dijadikan pelampiasan. Lulu anak Fakultas Psikologi, yang merupakan pendamping setiaku saat aku menonton bokep, ujung-ujungnya kami saling melampiaskan walaupun hanya sampe oral sex, Lulu gak mau aku setubuhi, katanya waktu itu dia masih perawan, trus beberapa lagi Titiek, Anita, Mimi… kalo mereka bertiga memang sudah dapat predikat ayam kampus. Bahkan pernah aku dikeroyok mereka bertiga semaleman.

“Heeeiii mba datang! kok malah ngelamun Aryo?” suara Mba Emily menghilangkan lamunanku. Mba Emily datang dengan membawa tentengan berupa beberapa minuman kaleng dan makanan kecil.

“Busyeeet bekelnya banyak bener ini mba? Mba mau nonton sampai pagi ?” seruku untuk menetralisir kebingunganku. Waddduuu, aku pikir Mba Emily tadi berganti baju yang lebih pantas, ternyata masih menggunakan baju tidur yang sama, ini namanya sial atau keberuntungan siiih ?

“Heh ? siapa tau sampe pagi ? Aryo aslinya, sebelum kamu datang tadi mba di dalam rumah sendirian, tuh takut, tau ga siih ? sepi bangeeet ,makanya mba bawa banyak bekel, ntar kita ngobrol aja sampe pagi. Setuju ?” celoteh Mba Emily panjang lebar bener-bener gak berubah sikapnya, ada atau ga ada suaminya.

“Sekarang mau nonton yang mana dulu ? silahkan nyonya Emily menentukan pilihan film mana yang akan diputarkan pada malam hari ini” kataku sambil menyodorkan segepok piringan DVD lengkap dengan sampulnya.

Pilihan Mba Emily rupanya tepat, pilihan filmnya masih yang XX, jadi sewaktu nonton kami masih bisa sambil santai bercanda mengkomentari adegan demi adegan, walaupun 2 jam kemudian setelah film pertama selesai aku lihat wajah Mba Emily agak memerah dan sesekali merapatkan sweaternya seolah-olah menyembunyikan dadanya yang montok.

“Mmm, apa sih yang dikuatirkan Mas Jemblunk dengan aku nonton bokep, kalo beginian sih gak begitu ngaruh mba rasa Aryo?” kata Mba Emily sedikit arogan, sambil milih-milih lagi film yang akan ditonton berikutnya.

“Yang bener aja deeeh Mba Emily ? Masa nonton bokepnya sama suami orang ?” jawabku menggodanya, entah kenapa aku bisa menemukan panggilan Nyonya Emily untuknya yang selama ini gak pernah muncul.

“Haa ? Haaa ? Suami Meiti sih anak kemaren sore mana berani macem-macem ?” sahutnya setengah menantang dengan bibir manisnya dicibirkan padaku.

Memang sih usia Mba Emily lebih tua 2-3 tahun dari aku, makanya sering ledekannya kepadaku selalu menyangkut umur dan apalagi memang wajahku kata orang adalah baby face lebih tepatnya disebut dengan muka polos, seandainya orang tau kelakuanku di jaman kuliah dulu, pernah kencan ranjang dengan dosen manajemen, pernah pacarin anaknya sekaligus nidurin mamanya, ibu kos pun pernah aku embat, mungkin akan lain kesan orang lain terhadapku akan berbeda dan kebetulan Meiti istriku aku dapatkan ketika aku sudah di Jakarta dan sama sekali tak tahu masa laluku yang brengsek.

“Aaarr, iihh asyik banget tuh mereka yak ?” Gumam mba Emily yang memang dasar mulutnya gak bisa diem, melihat adegan pose 69 kayanya heran banget.

“Emang selama bersama dengan Mas Jambluk, Mba Emily belum pernah melakukan gaya 69 ?” sahutku polos.

“Eeeh, enggak no comment, sssst diem aja ya kamu Aryo ” kudengar Mba Emily menjawab gagap dan suaranya agak bergetar. Benar saja suasana jadi hening, apalagi volume film memang kecil supaya ga kedengaran dari luar. tapi kini yang aku dengar adalah suara nafas Mba Emily yang tidak teratur, seolah-olah terengah-engah, sedangkan aku juga sudah terhanyut dengan adegan syuuur yang terpampang di monitor dan film kali ini adalah XXX, celana pendekku yang gombrong, di bagian selangkanganku sudah menggembung akibat batang kemaluanku sudah menegang kencang, makanya kutumpangkan bantalan kursi agar ga terlihat oleh Mba Emily.

Awalnya aku gak begitu memperhatikan Mba Emily, karena aku sangat terbawa oleh adegan dan wajah-wajah seksi di film itu, tapi beberapa kali kudengar Mba Emily menghela nafas panjangnya dan beberapa kali merubah posisi duduknya, seolah gelisah, mulailah aku memperhatikan tingkah wanita yang menahan gejolak birahi, kulihat sering nyonya muda ini meregangkan jari-jari tangannya. dan kulihat wajah yang cantik berkulit putih ini makin memerah, seperti layaknya orang habis minum arak. Satu setengah jam berlalu, sesekali kulirik Mba Emily yang duduk di sebelahku persis kegelisahannya kulihat semakin hebat, dan hilang sudah komentar-komentar konyolnya seperti pada film pertama.

Pada suatu saat menjelang film ini selesai mata kami bertemu pandang kulihat sorot mata yang aneh dari Mba Emily. Sementara kurasa matakupun sudah aneh juga dimata Mba Emily.

“Biiiiiimmmm….” Kudengar suaranya mendesah memanggil namaku

Jangan Lupa Untuk Mampir Ke TaipanQQ

“Ya mbaa, ada apa?” jawabku tak kalah lirih, dalam pandanganku saat itu yang dihadapanku bukanlah Mba Emily sebagai wanita yang sudah kukenal baik, tetapi Emily sebagai wanita yang sangat menggairahkan sedang menggelar libidonya entah siapa yang memulai tahu-tahu tangan kami sudah saling menggenggam kuremas lembut jari-jari halus Mba Emily.

Mba Emily menundukkan wajahnya ketika wajahku mendekat, kusibakkan rambut panjangnya yang jatuh menutup sebagian wajahnya kembali dia mengangkat wajahnya dan wajah kami hampir tak berjarak, hembusan nafasnya terasa hangat dihidungku. matanya menatapku penuh makna. Entah keberanian dari mana yang mendorongku mengulum bibir indah yang setengah terbuka milik Mba Emily, aah reaksi positif kudapatkan kulumanku dibalasnya, sejenak bibir kami berpagutan mesra, sampe akhirnya dia melepaskan pagutan bibirnya dengan nafas terengah-engah.

“Aaah Aaarryyoooooo, jangan, jangan diteruskan. Bahaya nantinya.” katanya setengah berbisik sambil berusaha melepaskan rengkuhanku tak akan kulepaskan nyonya cantik ini kepalang tanggung pikirku.

“Kenapa mba ? Apanya yang berbahaya ?” sahutku sekenanya sambil mendaratkan kecupan bibirku di lehernya yang jenjang. Sejenak dia meronta-ronta kecil berusaha menghindari kenakalan bibirku pada leher mulusnya, sementara tanganku tengah meremasi kemontokan buah dada yang ternyata memang tak mengenakan bra, beberapa kali tangan halusnya menepiskan tanganku dari dadanya, tapi segera tanganku kembali ke tempat semula, sampai sesaat kemudian perlawanannya berhenti dengan sendirinya, berubah dengan desah nafas memburu dan geliatan tubuhnya, seranganku pun kukendorkan. kecupan bibirku kuperlembut demikian juga remasan tanganku berubah menjadi elusan lembut pada kulit buah dadanya dan gelitikan mesra pada puting susunya yang sudah mengeras.

“Aryoo, ssss,  aku sudah merasa ngga tahaaan.” bisiknya pendek, dekat sekali suara itu di telingaku… ooowww… daun telingaku dikulumnya… dijilati Mba Emily.

“Ikuti aja mba, nikmati aja.” Bisikku mesra sambil menarik tali daster yang tersimpul di pundaknya, sehingga memperlihatkan kesempurnaan bukit montok di dadanya. begitu mulus dengan puting mungil mengeras berwarna merah kecoklatan, kudaratkan jilatan ujung lidahku pada benda itu, tubuh Mba Emily menggeliat sambil mendesah panjang.

“Ssssssshhh,  aaahh, Aaarr, ooo, aku takut mmmmmhh” tak kupedulikan lagi kalimat-kalimat Mba Emily, karena nafsukupun sudah di ubun-ubun apalagi menghadapi kenyataan ternyata tubuh ibu muda ini memang tak layak untuk dilewatkan sesentipun, desah-desah resah berhamburan dari mulut Mba Emily, geliatan tubuhnya sudah menunjukkan kepasrahannya kepada birahinya sendiri, tangannya mulai melingkar di leherku, betapa rambutku digerumasinya, betapa kuatnya jari lentik Mba Emily mencengkeram kulit punggungku, manakala puting susunya kukulum dalam waktu yang lama.

“Duuuh… ampuuunn…..” desahnya lirih, perutnya yang rata berkulit putih dihiasi lubang pusar berbentuk bagus ini menggeliat erotis, manakala bibirku mengecupinya. Tubuh atas Mba Emily sudah kutelanjangi, entah kemana daster dan sweaternya jatuh ketika kulempar tadi. Tubuhnya setengah rebah dengan kepala berada di sandaran tangan sofa, sementara kulihat tangannya meremasi buah dadanya sendiri.

Mba Emily mengerang panjang dengan menggoyang-goyangkan kepalanya yang mendongak ketika lubang pusarnya kukorek-korek mesra dengan lidahku… tubuhnya menggeliat erotis sekali, rupanya disitu adalah salah satu daerah sensitifnya.

“Owww… Arryyooo… jangaaan… aku ga mauu…” bisiknya sambil tangannya menahan daguku, ketika kukecupi gundukan kemaluannya dari balik celana G-Stringnya yang sudah tampak bercak basah.

“Kenapa mba?” tanyaku lembut

“Ssssshh… aku belum.. pernah, maluuu..” jawab Mba Emily, sambil berusaha menarik tubuhku ke atas. "Busyeet jadi diapain aja tubuh indah ini sama mas Jemblunk ?."pikirku. Selanjutnya tanpa permisi celana G-String itu kusingkap ke samping. Fuuuiii..! sebuah gundukan kecil yang dibelah tengah dengan rambut kemaluan ga begitu lebat, sebuah bentuk luar kemaluan wanita yang masih originil, indah sekali belahan yang basah kulihat berdenyut-denyut, tak ayal lagi lidahku terjulur menyapu cairan yang membasahi belahan indah itu.

“Aaaaahhh… Arryyooo… kamu bandeeelll” erang Mba Emily dengan tubuh semakin hebat menggeliat, sepasang kaki panjangnya semakin terkangkang lebar, kaki sebelah kiri terjuntai ke lantai yang beralaskan karpet tebal dan kaki sebelah kanannya ditumpangkan di atas sandaran sofa, setelah G-Stringnya kutanggalkan. Rambutku habis diacak-acak tangannya yang gemas yang kadang mencengkeram erat kulit pundakku, hal ini membuat aku semakin kesetanan ditambah aroma kemaluannya yang segar, bibirku menciumi bibir kemaluannya selayaknya mencium bibir mulutnya dan lidahku menyelip-nyelip memasuki liang yang basah itu sampai sedalam-dalamnya, sesekali kukulum bagian sensitif wanita yang biasa disebut dengan klitoris. Milik Mba Emily kloritasnya sangatlah mungil yang sudah mengeras.

“Arrryyoooo…. ampuuuunn… nikmaaaaat bangeeettt” Mba Emily merintih-rintih dengan suara seperti orang mau menangis, pinggulnya bergerak-gerak merespon ulah lidah dan bibirku di bibir kewanitaanya.

“Ooowwh… Arrryyoooo… sudaaaaahhhh aku ga tahaaaaan” suara Mba Emily semakin memilukan. Tiba-tiba tubuh mba Emily bangkit dan mendorong lembut tubuhku yang tengah bersimpuh di karpet tebal kuikuti saja sehingga tubuhku telentang di karpet sedangkan tubuh Mba Emily mengikuti arah rebah tubuhku sehingga tubuhku kini ditindihnya, buah dadanya yang montok dan kenyal itu kini menempel ketat di dadaku, wajah kami begitu dekat dan wajah wanita yang tengah diamuk birahi memang akan semakin terlihat memikat, seperti wajah mba Emily ini kulihat semakin mempesonaku.

“Aryoooo… ayo masukin yaaah ?” desisnya dengan bibir indahnya kulihat gemetar.

Alis indah di wajah cantik mba Emily mengerinyit dan matanya yang agak sipit semakin menyipit sayu.

Jangan Lupa Untuk Mampir Ke TaipanQQ

“Ouught… pelaaan YYoooooo… ssssss… nyeriii…” keluh Mba Emily, sambil memepererat pelukannya, kurasakan liang sanggama ibu muda ini sempit sekali ketika kemaluanku berusaha menerobosnya, tapi ibu muda ini sangat bersemangat untuk menuntaskan gairah binalnya, walaupun dengan ekspresi yang nampak kesulitan dan kesakitan, diiringi geal-geol pinggulnya, akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluanku tertanam di liang sanggamanya yang sempit.

“Sssshhh… gilaaa… gede banget punya kamu… hhh… hhh… tunggu Aaarrm..” tubuh sintal Mba Emily ambruk ke tubuhku ketika penetrasi itu berhasil, kudiamkan sejenak tubuh sintal itu diam tak bergerak di atas tubuhku dengan nafas memburu tak beraturan, besutan-besutan kecil kurasakan ketika Mba Emily mulai menggerakkan pinggulnya dan gerakan itu semakin keras dan besutan-besutan itu semakin nikmat kurasakan. Aku tidak bisa menahan diri lagi untuk melakukan balasan, aku mulai mengayun batang kemaluanku di dalam kemaluan Mba Emily.

“Arryyoooo… oooohhh…sssshhhh” hanya itu desah-desah kalimat pendek yang sering terucap dari mulut mba Emily yang dengan gemulai menarikan pinggulnya, diiringi erangan dan rintihan kami yang sangat ekspresif, sesekali bibir kami berpagutan liar, remasan gemas tanganku pada buah dada montok yang terayun-ayun itu seakan tak mau lepas.

“Aaarr… Arryyooooo… ssssshh… aku hampiiirrr… ookkkhhh..” gerakan tubuh Mba Emily semakin tak beraturan dan rasanya aku pun tidak perlu menahan bobolnya tanggul spermaku untuk lebih lama.

“Tunggu mba..” desisku pendek dan bagaikan dikomandoin tubuh kami bisa serentak meregang dan aku terpaksa mengayunkan batang kemaluanku sehebat-hebatnya un tuk menghasilkan kenikmatanku secara maksimal.

“Aaaaarrgh.. Arrryyoo… aammmpuuuunn” tubuh mbak Emily menggelepar hebat di atas tubuhku, betapa kejam kuku jarinya mencengkeram dadaku sebagai pelampiasan meledaknya puncak birahi betinanya.

Hening sesaat setelah terjadinya ledakan hebat, kulihat jarum jam didnding menunjukkan angka 11.30, tubuhku tetap rebah telentang, sedangkan tubuh Mba Emily tergolek disamping membelakangiku. Ketika deru nafas memburu kami mulai mereda dan ketika keringat birahi kami mulai mengering, kupeluk tubuh seksi Mba Emily dari belakang, tapi dengan lembut tanganku diangkat dan dipindahkan ke tubuhku sendiri dan tubuh Mbak Emily beringsut menjauhiku kudekati lagi tubuh itu dan kudaratkan kecupan di punggung berkulit mulus itu. Kudengar isak tangis Mba Emily.

“Ada apa mba? Kenapa mba menangis? ” tanyaku lembut, lama ga ada jawaban dari Mba Emily, isak tangis Mba Emily makin keras, kubelai lembut pundaknya tapi tanganku ditepi keras oleh Mba Emily.

“Aryo, aku sedih sebenarnya sangat sedih dengan apa yang telah terjadi pada malam ini, aku merasa sangat malu sama kamu dan aku merasa sudah melukai hati Meiti dan Mas Jemblunk” terdengar suara Mba Emily serak.

“Kenapa harus malu kepadaku ? Hal apa yang harus dimalukan kepada ku mba? justru aku merasa lebih dekat dan bahagia sama kamu mba, walaupun sebenarnya gak seharusnya dengan jalan seperti ini, selama kita bisa memposisikan masalah ini pada porsinya, kurasa Mas Jemblunk ataupun Meiti ga akan merasa kita sakiti” jawabku panjang lebar.

"Aku takut mereka tahu apa yang telah kita lakuka.” sahut Mba Emily dengan suara yang semakin tenang.

"Ini merupakan rahasia kita berdua mba. Mereka ga akan tahu selama kita ga memberitahu dan kondisi kita saat ini adalah seorang lelaki dan wanita yang punya keinginan yang harus terpenuhi saat ini juga. Kita tidak bisa menghindarinya mba.” sahutku lagi, sambil kutumpangkan tanganku dipinggul bulatnya Mba Emily tak bereaksi walaupun masih mempunggungiku,

“Lebih tepatnya harus terpenuhi malam ini bukan hanya sesaat” sahut mba Emily sambil membalikkan badannya, sehingga kembali buah dada montoknya menempel di dadaku, matanya menatapku tajam penuh tantangan dan kini wajah sembab Mba Emily sehabis menangis ini tersenyum manis sekali.

"Sepanjang malam ini mba? Mba yakin?” tanyaku menegaskan, sambil kulingkarkan lenganku ke pinggangnya yang raping.

 "Yah, bukankah malam masih panjang Aryo ?” bisiknya manja, wajahnya ditengadahkan ke wajahku. Kupagut bibir bagus itu dan disambut dengan sangat bergairah. Gairah liar birahi betina Mba Emily meletup dahsyat, aku benar-benar tak menyangka ibu muda yang kalem dan polos bisa berubah sedemikian agresip. Batang kemaluanku rupanya benar-benar membikin ibu muda ini gemas setengah mati, tak hentinya tangan berjari lentik ini mengocok dan meremas-remasnya.

“Aryoo aku pengen “ini” kamu” bisiknya manja sambil meremas lebih keras saat mengucap kata “ini”.

"Emang bisa ?” sahutku menggoda Mba Emily.  Wooww.. perutku digigit kecil Mba Emily dengan gemas.

“Boleeeh enggaaa..?” rajuk Mba Emily dengan manja.

“Iyaaaa, habisiiin aja deeeh. mba.” jawabku sambil kuremas pantat bulatnya. Awalnya kurasakan mba Emily masih coba-coba, dengan sabar aku memberi arahan, karena beberapa kali kemaluanku terkena giginya, lumayan sakit. Selanjutnya, tubuhku dibuat melintir dan menggeliat merasakan permainan lidah dan lembutnya bibir Mba Emily membasuk batang kemaluanku, kadang-kadang dengan nekadnya batang kemaluanku ditanamnya dalam-dalam sampai ujung kerongkongannya sampai Mba Emily tersedak.

“Eeeii.. jangan diabisin mbaa..” kataku lembut melihat mba Emily tersedak.

“Abis gemeees aku Aryo punya kamu panjaaang bangeeet, gede lagi” bisiknya manja, memberi alasan.

Akhirnya kami membuat posisi 69, Mba Emily menindihku dengan posisi mengangkangi wajahku. Kami sepakat dengan posisi ini sampai mencapai orgasme, kembali erangan dan rintihan kami bersahutan, gerak tubuh kami sudah tak berirama, detik-detik akhir mba Emilypun kurasakan. Beberapa kali kaki panjangnya meregang dan besotan mekinya di bibirku makin liar, aksi lidah dan bibirnya pada batang kemaluankupun makin liar, membuatku semakin mendekati titik ejakulasi.

"Eeeeeehhhkkk… Arrryyoo… niiiikkkkmaaaattnyaaa” rengek Mba Emily panjang, tubuhnya menggeliat hebat, kedua kakinya meregang. besotan meki ke mulutkupun makin hebat, lidahku kujulurkan jauh kedalam liang becek yang kurasakan mengedut-ngedut.

"Oooowww.. mbak akuu.. hampiiirr” Desahku selang tak lama setelah kemaluanku kembali dihajar lidah dan mulut Mba Emily. Busyeeet, bukannya melepaskan kuluman bibirnya di kemaluanku, Mba Emily malah memperhebat aksi mulut dan lidahnya ditambah kocokan tangannya pada batang kemaluanku. Apa dayaku, tak ampun lagi diiringi eranganku, tubuhku mengejang keras mengantarkan semprotan spermaku bertubi-tubi di dalam mulut Mba Emily yang makin lengket seperti lintah menempel di tubuhku, tak luput kantong pelerku diremas-remas lembut, seakan spermaku ingin diperas habis, setelah dirasa tetes terakhir, buru-buru mba Emily bangun dari tubuhku dan menyambar botol aqua yang tadi dibawa dari rumah dan diteguknya sampai habis.

"Iiih… rasa anehh banget, banyak banget lagi, kentel seperti jelly gitu, kenyang deh aku Aryo tapi enaak kok, rasa spermamu asin ada gurihnya..” komentar Mba Emily dengan pengalaman barunya .Kembali kami berbaring di karpet tebal merasakan lemasnya tubuh.

Setelah mengguyur tubuh dengan shower di kamar mandi kembali kami rebahan santai di karpet tebal di depan televisi, saat itulah Mba Emily menceritakan rahasia kehidupan ranjangnya dengan Mas Jemblunk, yang monotone, Mas Jemblunk terlalu polos dan lurus dalam soal sex, sedikit-sedikit takut dosa. Dalam hal kepuasan sex sebenernya Mba Emily tidak merasa kekurangan, karena selain Mas Jemblunk memang punya stamina tubuh yang bagus dengan hidup sehatnya, di sisi lain memang Mba Emily adalah type wanita yang gampang tersulut gairah seksualnya dan dengan cepat mencapai puncak orgasme.

“Pernah hari Minggu pagi aku liat Mas Jemblunk sedang nyuci mobil dengan kaos yang basah, sehingga nempel dibadannya yang atletis, seeerrrr, langsung basah juga deh CD ku dan langsung kutarik Mas Jemblunk kekamar dan aku telanjangi. haa.. haaa, dapet dua kali dari Mas Jemblunk” tutur Mba Emily sambil menyuapi aku dengan anggur yang dibawanya tadi. Kembali kami nonton bokep yang belum kami tonton, belum seperempat jam Asia Carrera beraksi.

"Arrryyoo, nggaaa tahaaan neeh, keburu pagi tar”desah Mba Emily manja dengan nafas yang sudah ngos-ngosan. Apalagi dengan membengkaknya batang kemaluanku yang dari tadi engga lepas dari genggamannya.

“Mba Emily pingin diapain?” bisikku sambil kudaratkan kecupan di lehernya.

Jangan Lupa Untuk Mampir Ke TaipanQQ


“Mba pinginnya kaya apa yang dilakukan didalam film itu." jawab Mba Emily dengan nada manja, tanpa disuruh Mba Emily menelungkupkan tubuhnya di sofa dengan kaki berlutut di karpet agak mengangkang, kuminta pantatnya ditunggingkan sehingga gundukan bukit kemaluannya mengarah keluar. Mba Emily kembali mengerang gemas ketika kemaluanku mulai merentangkan otot liang sanggamanya, ketika pantat montok itu mulai menggeol gemulai dan ketika batang kemaluanku mulai memompa, mulailah kuda jantan dan kuda betina ini berpacu birahi…

Aku membuktikan Mba Emily merupakan wanita yang cepat mencapai orgasme dan cepat kembali berkobar birahinya dan Mba Emily menghendaki berganti posisi setelah dia mencapai orgasme, saking seringnya dia mencapai orgasme, hampir-hampir kami kehabisan posisi dan di setiap posisi Mba Emily mengaku bisa mencapai orgasme dengan kenikmatan yang maksimal. Ketika pada orgasme Mba Emily yang kelima, aku juga merasakan orgasmeku hampir sampai Mba Emily pun menyadari itu.

"Aaarrm, tumpahkan dimulutku sayaaang, aku suka spermamu yang kentel” rengeknya disela-sela nafas kuda betinanya dan dengan bernafsu sekali Mba Emily menyambut semburan demi semburan sperma kentalku dengan mulut terbuka lebar dan lidah yang menggapai-gapai. Tubuh Mba Emily kembali rebah telentang di karpet setelah menenggak setengah botol aqua, rambutnya yang panjang tampak kusut dan basah oleh keringatnya, tubuhnya yang berkulit putih juga tampak berkilat basah oleh keringat, terlihat sinar matanya yang kecapekan dan wajah agak memucat. Ketika aku keluar dari kamar mandi setelah kembali mengguyur tubuhku dengan shower, kulihat Mba Emily tertidur pulas dengan bibir tersenyum.

Kulihat jam menunjukkan jam 03.45, kurebahkan tubuhku disisinya, kubelai lembut rambutnya yang masih basah oleh keringat birahi, kukecup keningnya yang sedikit nonong, kuamati tubuh telanjang ibu muda ini, sebuah struktur yang sempurna. wajahnya berbentuk oval, bibir berbentuk bagus, hidung mancung berbentuk ramping, mata agak sipit tapi memanjang dengan kelopak besar, bulu mata yang lentik dan panjang, alisnya seperti di gambar, postur tubuhnya pun proporsional antara tinggi dan beratnya sekitar 165 – 170 cm, buah dadanya yang montok kutaksir cup branya B, memang masih kenyal menggemaskan dengan puting susu bak perawan, mencuat mungil ke depan, berwarna merah kecoklatan.

Perutnya yang rata dengan lubang pusar berbentuk indah, pinggang ramping menyambung dengan pinggul yang padat ditopang sepasang kaki yang panjang berbentuk atletis. Rupanya aku tak dapat menahan kantukku.

Setelah bangun dari tidurku, aku melihat Mba Emily telah selesai memakai kembali dasternya dan sweater yang idpake semalam sebelum kami melakukan hal-hal tabu tersebut.

“Udah ya Aryo, makasih banget untuk malam panjang ini, aku ga akan melupakan malam indah sama kamu ini, tapi aku berharap cukup sekali ini saja, jangan sampai kita ulang ya Aaarr, janji ya..?” kata mbak Emily sendu, dengan santainya akupun mengangguk saja, ngga ada kalimat yang mampu terucap dari mulutku. Kuantar mbak Emily sampai pintu ruang tamu, karena aku masih telanjang bulat. Nggak sampai setengah menit mba Emily menutup pintu rumahnya, kulihat dari balik kaca jendela Mba Suti tukang cuci itu datang.

Memang kejadian itu engga terulang lagi sampai saat ini dan hubungan keluarga kami tetap seperti sediakala sampai akhirnya Mba Emily dan Meiti istriku melahirkan anak dengan waktu hampir bersamaan, tapi kejadian semalam itu rupanya benar-benar menjadi ikon yang hidup di hati aku dan mbak Emily, beberapa kali kami melakukan phone sex setiap kali Mba Emily curhat tentang kehidupan seksnya yang tetap monotone hanya sebatas itu.

Bagaimana Para Pembaca Serukan Cerita Dewasanya, Jangan Lupa dibagikan di Facebook atau media sosial lainnya ya. 
Selalui ikuti Cerita-Cerita Dewasa di www.PerjalananDewasa.blogspot.com



No comments:

Post a Comment